Rabu, 09 November 2011

Ketika kejayaan bunga Gelombang Cinta ambruk, harga Anggrek tetap stabil. Sejak dulu hingga sekarang, anggrek masih mendapat perhatian pencinta tanaman hias. Di Kota Tepian, anggrek tetap diminati bahkan masuk salah satu program pengembangan tanaman hias oleh Pemerintah Kota Samarinda. DENGAN menggandeng Malang Raya --pusat pembibitan anggrek terbesar di Malang, Dinas Pertanian (Distan) Samarinda membina para pengusaha tanaman hias yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Pertanaman Samarinda. Menurut Eis Nurfarida, seksi Pelayanan Usaha Distan Samarinda, anggrek merupakan tanaman hias holtikultura yang bisa ditanam di pekarangan rumah. Terlebih pada pangsa pasar penjualan anggrek, banyak dicari oleh para ibu-ibu penyuka cinta tanaman hias yang didominasi dari golongan menegah ke atas. “Pangsa pasar anggrek tidak pernah sepi. Karena itu Dinas Pertanian membina warga menanam anggrek yang kemudian diarahkan langsung menjadi pengusaha anggrek. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan potensi anggrek sebagai tanaman hias yang selalu laris,” jelasnya. Untuk membina semua petani anggrek, Distan menyalurkan subsidi bantuan sosial dari anggaran pemerintah pusat (APBN), yang kemudian disalurkan ke petani binaan. Saat ini ada sekitar 50 petani yang sudah tercatat sebagai anggota, namun baru separuhnya yang baru mendapat bantuan. Tak hanya itu, belum lama ini pemerintah juga akan mengadakan kerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Sebab, Fakultas Pertanian dapat menjadi salah satu pembudidaya anggrek yang kemudian dipasarkan melalui pasar lokal terlebih dahulu. “Pengembangan anggrek sudah mulai direncanakan sejak diadakannya Penas KTNA di Tenggarong beberapa waktu lalu. Saat itu anggrek menjadi salah satu tanaman hias yang banyak dilirik para pengunjung. Kemudian, Dinas Pertanian pun melakukan pembudidayaan anggrek melalui para petaninya,” paparnya. Ada tiga tempat pembudidayaan anggrek yang dapat ditemukan di Samarinda. Yakni di Jalan M Yamin, Jalan Pembangunan, dan Jalan Slamet Riyadi Samarinda. Harga jual satu pot anggrek yang masih kecil dimulai dari Rp 70 ribu hingga Rp 100 ribu, namun akan agak mahal jika anggrek telah berbunga tinggi dan segar-segar. Salah satu jenis anggrek yang paling laris di Samarinda adalah jenis Dendrobium. Anggrek jenis ini merupakan yang berwarna cerah, namun bisa dilakukan perkawinan silang yang membuat si anggrek memiliki dua warna dalam satu bunga sekaligus.

Bunga sakura adalah bunga nasional negeri Jepang. Bunga sakura di Jepang terdiri dari ratusan jenis, jenis yang umum yaitu Prunus × yedoensis (Yoshino Cherry, yang berwarna merah muda dan putih), Sakura Hutan (yang berwarna merah muda dan putih), yamazakura (yang berwarna putih), yaezakura (yang berwarna putih atau ungu kemerahan), shidarezakura (yang rantingnya jatuh seperti pohon willow, bunga berwarna merah) dan lain – lain.
Periode berbunga pada pohon sakura ini sangat pendek, yang di Jepang dikenal dengan suatu kata kiasan yakni “7 hari bunga sakura”, yang artinya bahwa sejak sakura mulai mekar lalu layu kembali waktunya kurang lebih 7 hari, dan keseluruhan pohon sakura sejak bunga pertama mulai mekar hingga seluruh bunganya layu kurang lebih memakan waktu setengah bulan.
Di Jepang, bunga sakura dianggap sebagai pembawa rejeki dan keberuntungan. Pada upacara pernikahan dan perayaan tradisional lainnya, seringkali diharuskan meminum sup bunga sakura yang direbus dengan kelopak bunga sakura dalam sebuah wadah keramik, yang maknanya menyerap makna keberuntungan yang terkandung di dalam bunga sakura.
Musim mekarnya bunga sakura adalah pada bulan April, yang juga bertepatan dengan awal masuk sekolah, dan masuk kerja di Jepang, yang merupakan suatu titik balik terbesar dalam hidup manusia, oleh karena itu bunga sakura juga melambangkan masa depan yang penuh sinar cerah dan harapan.
Di samping itu, nama – nama jalan di berbagai pelosok di Jepang juga menggunakan nama – nama bunga sakura, tak terkecuali juga stasiun kereta api, nama kota, nama sayuran, teh, sup dan minuman. Daya tarik dan pengaruh bunga sakura sudah menyusup hingga ke dalam tulang sum – sum setiap aspek kehidupan pada masyarakat Jepang. (The Epoch Times/lie)
Artikel ini dapat dibaca dalam Bahasa Mandarin

 
Print this post

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Technorati Style Copyright by pertanian bunga | Template by One-4-All | Made In Indonesia